watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

ICAL ADIK SEPUPUKU

Saat itu, 7 Juni, rumah saya sedang sepi.
Maklum pemilu, padahal biasanya ramai sekali.
Satu rumah dihuni tujuh orang, ayah, ibu, kakak
laki-laki saya yang masih kuliah, saya sendiri
SMA kelas tiga, baru saja selesai Ebtanas dan
lulus. Kemudian adik perempuan saya kelas lima
SD, lalu sepupu laki-laki saya kelas dua SMP dan
pembantu satu orang. Oh iya, panggil saja saya
Yuli, asli Tolaki.
Jadi pada saat pemilu rumah yang berada di
kawasan Perumahan Pemda Kampung Kemah
Raya, Kendari jadi sepi sekali. Ayah ke Kolaka,
mengurus pemilu di sana, kebetulan juga beliau
caleg Golkar untuk daerah tersebut. Kakak saya
jadi pengawas pemilu untuk UNFREL Kendari, ibu
saya jadi panitia pemilu lokal kawasan Kemah
Raya. Pembantu dan adik, disuruh bantuin ibu
mengurus konsumsi. Praktis yang jaga rumah,
saya dengan sepupu saya yang bernama, Ical.
Saya belum ikut memilih, belum cukup umur,
baru 16 tahun lebih dua bulan. Saya dengan Ical
sangat akrab, habisnya dia ikut dengan keluarga
saya sejak masih kelas satu SD, dan selalu
menjadi teman main saya.
Senin itu, 7 Juni 1999, badan saya pegal sekali,
selesai ngepel dan membersihkan rumah. Dan
seperti biasa saya kepingin dipijitin. Biasanya sih
oleh ibu, dan Ical juga, habis dari kecil saya
sudah biasa menyuruh dia. Karena agak pegal,
saya panggil saja Ical untuk mijitin, Ical nurut
saja. Saya langsung berbaring telungkup di
karpet depan TV, dan Ical mulai memijit
tubuhku. Asyik juga dipijit oleh Ical, tangannya
keras sekali, punggungku jadi fresh lagi.
"Duh, Cal..., mijitnya yang lurus dong, jangan
miring kiri miring kanan..", kataku.
"Abis, posisinya nggak bagus kak", jawabnya.
"Kamu dudukin aja paha Kak Yuli, seperti
biasa...".
"Tapi..., kak..".
"Alaaah.., nggak usah tapi..., biasanya kan juga
begitu..., ayo..", Saya tarik tangan Ical
memaksanya untuk duduk di pahaku, seperti
kalau dia memijit saya pada waktu-waktu
kemarin.
Ical akhirnya mau, duduk dan menjadikan kedua
pahaku dekat pantat sebagai bangkunya, dan
mulai lagi ia memijit sekujur punggungku. Tapi,
pijitan agak lain, makin lama makin saya rasakan
tangannya agak gemetaran dan nafasnya agak
ngos-ngosan.
"Kamu kenapa Cal, capek atau sakit..?", tanyaku.
"Tidak, tidak apa-apa kak", jawabnya.
Akan tetapi duduknya mulai tidak karuan, geser
kiri dan kanan, sementara pantatnya seperti tidak
mau dirapatkan di pahaku, agak terangkat.
Akhirnya, saya menyuruhnya pindah, dan saya
bangun, lalu duduk mendekati, biasa bermaksud
menggoda.
"Ayo.., kamu kenapa, ini pantatmu, selalu
diangkat.., tidak biasanya", sambil tanganku
bermaksud mencubit pantatnya.
"Tidak, tidak apa-apa kak..", jawabnya sambil
menghindari cubitanku, malah tanganku
tersenggol celana bagian selangkangannya yang
seperti agak tertarik kain celananya dan agak
menonjol, melihat itu timbul rasa isengku,
karena memang saya dan Ical kalau main seperti
anak-anak yang masih TK, asal ngawur saja.
"Loh.., itu apa di celanamu Cal! , kok nonjol
begitu.."
Mendengar itu Ical merah padam mukanya, lalu
ia berdiri ingin lari menghindar dari saya, tapi
segera kutarik tangannya untuk duduk, dan
tanganku yang satu menggerayangi celananya
memegangi dan meraba benjolan tersebut.
"Jangan kak Yuli, Ical malu..", katanya.
Dasar saya yang nakal, saya pelototin matanya,
Ical langsung diam, dan tanganku leluasa
memegang barang tersebut.
Penasaran, saya buka resliting celananya dan
menarik keluar barangnya yang mengeras
tersebut, dan astaga, ternyata penis Ical sudah
menegang. Baru kali ini saya melihat penis milik
orang yang bukan anak-anak dan sudah disunat
yang tegang dan keras serta panjang seperti itu.
Sementara Ical diam saja, kepalanya hanya
menunduk, mungkin malu atau bagaimana saya
tidak tahu. Saya acuh saja, perlahan-lahan,
kuelus-elus penis Ical, semakin mengeras
penisnya hingga urat-uratnya seperti mau
keluar. Kudengar Ical mendesah tertahan. Lalu
kuurut-urut sambil kupijit kepala penisnya yang
merah itu, Ical makin mendesah,
"Ah.., ah.."
Kugenggam erat penis Ical dan kukocok-kocok
dengan perlahan, semakin lama semakin
kencang. Badan Ical ikut menegang, sambil
kepalanya terangkat ke atas menatap langit,
mulutnya terbuka, dia mulai agak mengerang,
"Achh..".
Semakin kencang penis Ical kukocok, semakin
menggeliat badan Ical membuat saya tersenyum
geli melihatnya. Sampai erangan Ical makin
mengeras,
"Ach.., achh..".
Dan badannya makin menggeliat, hingga
mungkin tidak tahan..., ia lalu memelukku erat.
Mulanya saya kaget akan reaksinya, tapi saya
biarkan saja, karena keasyikan mengocok penis
Ical. Rupanya Ical sudah semakin menggeliat,
hingga tangannya entah sadar atau tidak ikut
menggeliat juga, meraba badanku dan
payudaraku.
"He Ical..., kenapa.." tegurku, sambil tetap
mengocok penis Ical,
"Achh..., achh.."
Hanya itu yang Ical bilang, sementara tangannya
meremas-remas payudaraku, dan remasannya
yang kuat membuatku merasakan sesuatu yang
lain, hingga saya biarkan saja Ical meremas
payudaraku, dan Ical lalu menyingkap baju kaos
yang kupakai, hingga kelihatan BH-ku dan
meremas payudaraku lagi hingga keluar dari BH-
ku.
"Acchh..., accchh" erang Ical,
Saya mulai merasakan kenikmatan tersendiri
pada saat payudaraku tidak terbungkus BH
diremas oleh tangan Ical dengan kuat,
sedangkan penisnya tetap saja kukocok-kocok.
Dan entah naluri apa yang ada pada Ical, hingga
dia nekat menyosor payudaraku dan mengisap
putingnya seperti anak bayi yang sedang
menyusu.
"Aduh..., Ical..., aduhh"
Hanya itu yang mampu kuucapkan, payudaraku
mulai mengeras, keduanya diisap secara
bergantian oleh Ical.
Saya juga mulai menggeliat, kutarik kepala Ical
dari payudaraku, lalu kudekatkan ke wajahku,
kucium bibirnya dengan nafsu yang muncul
secara tiba-tiba, Ical balas mencium, bibir kami
berdua saling memagut, lidah bertemu lidah
saling mengadu dan menjilati satu sama lain.
Tangan Ical menggerayangi badanku,
melepaskan baju dan BH-ku, hingga aku bugil
sebatas dada. Kulepaskan juga baju yang dipakai
Ical, dan kupelorotkan celananya, hingga Ical
bugil tanpa sehelai benangpun, dan kembali
kukocok penisnya, sedangkan Ical kembali
menyosor payudaraku yang sudah keras
membukit.
Perlahan tangan Ical menelusuri rokku lalu
menyelusup masuk ke dalam rokku,
"Acchh..., Accchh",
Saya dan Ical terus mengerang dan
menggelinjang. Tangan Ical menyelusup ke
dalam CD-ku, lalu mengusap-ngusap vaginaku.
"Aduuuhh..., Ical.." erangku, sementara jarinya
mulai ia masukkan ke dalam vaginaku yang
mulai kurasakan basah, dan Ical
mempermainkan jarinya di dalam vaginaku.
"Accchh..., aduuuhh..., acccchh..".
Tak tahan lagi, Ical menarik lepas rok dan celana
dalamku, hingga akhirnya saya kini telanjang
bulat. Kemudian Ical mencium bibirku dan saya
tetap mengocok penisnya, sedangkan jarinya
bermain dalam vaginaku.
"Accchh.." Hanya erangan tertahan karena
tersumbat bibir Ical yang keluar dari mulutku.
Kemudian Ical berhenti menciumku, lalu ia
mengambil posisi menindih badanku, saya
membiarkan saja apa yang akan Ical lakukan,
karena kenikmatan itu sudah mulai terasa
mengaliri pembuluh darahku. Dan, tiba-tiba saya
rasakan sakit yang teramat sangat di
selangkanganku.
"Aaccccchh, Ical.., apa yang kau lakukan..",
tanyaku.
Tapi terlambat, rupanya Ical sudah memasukkan
batang penisnya ke dalam vaginaku, dan seperti
tidak mendengarkan pertanyaanku, Ical mulai
mengoyang batang penisnya naik turun dalam
vaginaku yang semakin berlendir dan mulai
terasa basah oleh aliran darah perawanku yang
mengalir membasahi vaginaku.
"Accchh..., Ical..., aduuhh Ical..", erangku.
Badanku semakin menggelinjang, kujepit badan
Ical dengan kedua kakiku sementara tanganku
memeluk erat dan menggoreskan kukuku di
punggung Ical. Semakin kencang goyangan
penis Ical dan semakin keras pula erangan kami
berdua.
"Accch..., aduhh.."
Hingga akhirnya kurasakan sesuatu yang sangat
nikmat yang terdorong dari dalam..., dan
erangan panjang saya dan Ical, "aahh".
Bersamaan semprotan mani Ical dalam vaginaku
dan semburanku yang menciptakan kenikmatan
yang tak pernah kurasakan dan kubayangkan
sebelumnya.
Ical menarik keluar penisnya, lalu berbaring di
sampingku. Kami berdua saling bertatapan,
seperti ada penyesalan tentang apa yang telah
terjadi, akan tetapi rupanya nafsu kami berdua
lebih kuat lagi. Kuraih kembali dan kudekatkan
wajahku ke wajah Ical, kami lalu berciuman lagi
dan saling melumat, kemudian kupegang erat
penis Ical, sehingga kembali menegang dan
kembali lagi kami melakukan hubungan badan
tersebut hingga beberapa kali.
Hingga hari ini saya dan Ical, bila ada
kesempatan masih mencuri waktu dan tempat
untuk melakukan hubungan badan, karena
mengejar kenikmatan yang tiada taranya,
kadang di kamarku, di kamar Ical, ataupun di
dalam kamar mandi.


Adult | GO HOME | Exit
1/1281
U-ON

inc Powered by Xtgem.com